Twitter sebagai social media terbukti ampuh dalam memasarkan dan mengomunikasikan ide, pesan, atau iklan untuk segala bidang mulai dari politik hingga makanan. Indonesia sebagai pengguna twitter nomor lima terbesar di dunia, dengan jumlah sebesar 19 juta pengguna (sumber www.semiocast.com), adalah pasar yang sangat potensial untuk mengomunikasikan pesan, salah satunya adalah politik.
Saya mencoba mengamati para pemimpin dunia dalam memanfaatkan twitter untuk mengomunikasikan pesan, melaporkan apa saja yang telah mereka capai, hingga berkampanye untuk masa jabatan berikutnya. Dibawah ini adalah tabel para pemimpin dunia dengan jumlah follower, jumlah tweet, dan jumlah pengguna twitter untuk tiap negara.
Ada dua analisa yang dapat dilambil dari data diatas.
Ada dua analisa yang dapat dilambil dari data diatas.
1. Hubungan Jumlah Tweet dengan Jumlah Follower
Mari kita menghitung seberapa efektif pemimpin men-tweet dengan jumlah follower yang
didapat. Dengan perhitungan sederhana: membagi jumlah follower dengan jumlah tweet, akan
didapat rasio jumlah tweet per jumlah follower (ditunjukkan melalui grafik dibawah).
Melalu grafik dapat diambil kesimpulan bahwa Barack Obama dapat menjaring kira-kira sebesar 4000 follower untuk satu tweet yang diproduksi. Hal ini sejalan dengan jumlah tweet Obama yang paling besar diantara pemimpin lainnya. Sayang sekali, Presiden SBY mendapatkan rasio keefektifan paling sedikit, meskipun dari jumlah tweet bukan yang terkecil. Malah dengan jumlah 2,231 tweet, SBY merupakan pemimpin nomor 5 tersering men-tweet.
Ada beberapa penyebab dari hal tersebut. Bisa saja disebabkan oleh isi dari tweet tersebut. Akan tetapi, apabila ditinjau lebih lanjut, tweet-tweet SBY hampir sama dengan pemimpin lainnya: laporan apa saja yang telah dilakukan, transkrip pidato, dan tentu saja dikelola oleh admin (bukan orang tersebut yang men-tweet). Alasan berikutnya, apakah dari jumlah twitter user di negara yang bersangkutan berpengaruh? Pertanyaan ini dapat dijawab melalui analisa dibawah.
2. Hubungan Jumlah Twitter User dengan Jumlah Follower
Mungkin akan ada argumen bahwa terang saja Barack Obama memiliki follower banyak karena dia adalah presiden dari negara dengan jumlah pengguna twitter terbanyak. Argumen tersebut bisa dipatahkan dengan kenyataan yang menarik bahwa Najib Razak, Perdana Menteri Malaysia, memiliki rasio tertinggi. Dengan jumlah twitter user Malaysia hanya sebesar 1,3 juta user saja, Najib Razak berhasil mendapatkan 553 ribu follower, atau dengan rasio satu follower per 43 twitter user Malaysia.
Sayang sekali, Presiden SBY harus mengalami nasib yang sama dengan analisa sebelumnya. Padahal dengan jumlah twitter user Indonesia sebesar 19.5 juta jiwa (terbesar kelima di dunia), SBY seharusnya dapat memanfaatkan pangsa pasar yang besar ini.
Sayang sekali, Presiden SBY harus mengalami nasib yang sama dengan analisa sebelumnya. Padahal dengan jumlah twitter user Indonesia sebesar 19.5 juta jiwa (terbesar kelima di dunia), SBY seharusnya dapat memanfaatkan pangsa pasar yang besar ini.
Kesimpulan
1. Tingkat Popularitas Lintas Negara
Meskipun dengan jumlah tweet yang relatif sama, isi dari tweet yang juga relatif sama, dan sama-sama memiliki twitter user yang besar, popularitas Barack Obama dan David Cameron sudah meng-global melewati lintas negaranya. Tentu saja bukan hanya warga negaranya saja yang mem-follow akun mereka, sangat besar kemungkinan warga negara lain pun ikut mem-follow. Lain cerita dengan SBY yang belum sepopuler mereka.
2. Ketertarikan dan Keterlibatan Warga Negara dengan Politik
Indonesia boleh saja memliki jumlah pengguna twitter user nomor lima terbesar di dunia, tetapi apakah warganya melek dan peduli terhadap politik dan urusan kenegaraan? Belum tentu. Mem-follow presidennya mungkin bukan merupakan hal yang menarik. Warga Indonesia lebih tertarik mem-follow figur selebritis atau aktivis sosial yang tweet-tweet nya lebih membumi dibandingkan SBY. Setahu saya, karakter dari twitter user Indonesia twitter user yang cerewet dan mudah me-RT untuk hal-hal yang ringan seperti perasaan sehari-hari atau isu-isu ringan yang hangat di masyarakat.
Penelitian sederhana ini tentu saja masih memiliki ruang yang masih dapat di-improve. Masih banyak variabel lainnya yang harus diperhitungkan seperti karakter twitter user suatu negara, approval rating suatu pemimpin di negaranya, hingga aspek lainnya. Namun, dari hasil yang ditunjukkan data diatas, para pemimpin politik dapat mengevaluasi strategi komunikasi politik yang selama ini telah dijalankan. Dalam era twitter dan facebook seperti sekarang ini, sangatlah mubazir jika seorang pemimpin tidak dapat memanfaatkan signifikansi dari social media terhadap persepsi publik.