Sunday, October 30, 2011

Invasi Musisi Asing ke Indonesia

Setelah lebih dari setahun tidak menonton konser musik, akhirnya kemarin malam, 28 October 2011, saya menonton konser Owl City di Tenis Indoor Senayan.

Penampilan yang atraktif, musikalitas yang unik, konikatif dengan penonton menjadi kekuatan konser Owl City. Sebenarnya kualitas sound system tidak terlalu bagus dan sering bergaung, mungkin karena Tennis Indoor Senayan selayaknya tidak pantas untuk dijadikan tempat konser musik.




Satu yang ingin saya garis bawahi disini adalah jumlah konser musisi asing meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini memberikan dampak positif kepada Indonesia. Kedatangan musisi-musisi asing terkenal menjadi "iklan" bagi dunia internasional bahwa Indonesia aman dan merupakan pasar yang atraktif.

Hal penting lain yag tidak boleh kita lupa adalah dengan semakin gencarnya invasi musisi-musisi asing ke Indonesia, jangan sampai musisi Indonesia kalah berkompetisi. Musisi Indonesia harus jadi tuan rumah di negeri sendiri. :)

Tuesday, October 11, 2011

Save Babakan Siliwangi

Hari Sabtu, 8 Oktober 2011 kemarin saya menyempatkan diri untuk mampir ke Babakan Siliwangi (Baksil), kawasan di Bandung yang baru saja diresmikan menjadi Hutan Kota oleh PBB. Baksil terancam keberadaannya karena ada rencana untuk mengubah Baksil menjadi hotel dan restoran.

Saya post beberapa foto Baksil, beserta fakta-fakta yang menarik tentangnya..

Parkir sepeda


Forest walk



Another forest walk
 
Masih forest walk lagi..


Pondok Kesenian Baksil
 1. Luas Baksil 3.8 hektar, atau setara 7.5 kali lapangan sepak bola
2. Memiliki 48 jenis pohon dan 24 jenis burung
3. Mampu menghasilkan oksigen untuk 15,600 jiwa
4. Berfungsi sebagai daerah luapan air, bukan resapan air, karena di dalamnya terdapat mata air.
5. Memiliki acara kesenian yang unik setiap bulannya yaitu Ketangkasan Domba

Baksil mudah untuk diakses, jika teman-teman ingin kesana naik angkutan kota, naitklah angkot ke arah Dago, lalu minta turun di Simpang Dago dekat Mc Donalds. Dari Simpang, jalanlah 200 meter ke arah Sasana Budaya Ganesha. Akan terlihat tempat parkir sepeda seperti foto diatas. Entrance berada sebelah kiri parkir sepeda tersebut. It's Free.

Yuk mari kita ramaikan Babakan Siliwangi, buktikan bahwa kita memerlukannya sebagai Hutan Kota.

Monday, October 10, 2011

Get Inspired with TEDxBandung

Hari Minggu kemarin, saya beruntung bisa terpilih diantara 100 orang attendance di TEDxBandung. Untuk yang belum mengetahui apa itu TED, silahkan membuka websitenya di www.ted.com. Intinya, TED adalah suatu wahana dimana didalamnya terjadi sharing ide dan inspirasi lintas bidang. Sementara itu, TEDxBandung sendiri adalah salah satu dari event TED yang diselenggarakan di Bandung (www.tedxbandung.org). Di Indonesia, event-event TED sudah dilaksanakan di Jakarta (www.tedxjakarta.org), TEDxUI, dan TEDxITB.




TEDxBandung yang kemarin saya hadiri mengusung tema Counting Forward. Jujur saja, saya tidak mengerti apa dibalik makna Counting Forward ini. Para pembicara yang berjumlah sembilan orang yang berasal dari berbagai bidang dengan membawa berbagai macam tema pun tidak spesifik menyinggung tema global counting forward.

Acara dibuka dengan dua presentasi dari pemenang dan finalis dari E-Idea British Council. Aria Widianto sebagai pemenang mempresentasikan tentang idenya mengonversi bahan bakar ratusan angkot di Cirebon dengan gas alam. Sedangkan Anton Abdul Fatah, salah satu finalis, dan kebetulan teman saya sewaktu SMA di Bandung mempresentasikan tentang proyek merehabilitasi lahan yang tidak produktif karena dampak usaha batu bata di desanya, Sindang Sari, Garut. Keduanya membuat saya salut. Poin penting yang saya catat disini adalah mereka rela meninggalkan kehidupan yang stabil di dunia kerja, mencoba mencari solusi atas masalah di lingkungan sekitar mereka dengan segala keterbatasan dan tantangan, dan berhasil membawa perbaikan untuk lingkungannya tersebut.

Pembicara berikutnya adalah Denny Darko, seorang magician, yang menjelaskan mengenai otak manusia yang hanya baru dimanfaatkan sekitar 12% saja dan juga kebanyakan orang-orang yang hanya melihat apa yang ingin dilihatnya, tanpa mencoba memperluas penglihatannya sehingga dapat melihat apa yang benar-benar terjadi di sekitarnya.

Setelah break, presentasi dilanjutkan oleh Enda Nasution, si raja blogger Indonesia. Hal menarik yang dibawakan oleh Enda adalah bagaimana kondisi Indonesia sebagai pengguna social media. Ternyata, Indonesia user twitter paling aktif nomor 3 dan user facebook paling aktif nomor 2 di dunia. Akan tetapi, sebagai masyarakat yang "cerewet", preferensi dari user-user twitter di Indonesia cenderung hanya me-RT suatu statement atau menjawab akun-akun yang bersifat komunikatif seperti @soalCINTA atau #mentionke. Dapat kita simpulkan bahwa user-user Indonesia masih dalam tahap user yang responsif, belum mencapai tahapan informatif atau bahkan analitis. Informasi yang menarik lainnya adalah, prime time dari waktu men-tweet masyarakat Indonesia, dimana pagi hari (7-9 pagi) dan malam hari (7-9 malam) adalah waktu paling sering orang men-tweet.

Eya Grimonia, seorang violist berumur 16 tahun, melanjtkan sesi selanjutnya. Eya memainkan nomor-nomor cantik dengan biolanya dan berusaha menghubungkan antara musik dengan matematika dan fisika. Jujur saja, saya kurang menangkap pesan dari Eya karena saya benar-benar awam soal teknik bermain musik.

Eya Grimonia membawakan lagu Smooth Criminal, Michael Jackson
Di sesi selanjutnya, Tendi Naim, seorang educator, sekaligus owner dan GM dari restoran Bumbu Desa, mempresentasikan tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Tendi mengulas Ki Hajar Dewantara, yang telah menemukan konsep active learning semenjak tahun 1941, yang kini tengah banyak diaplikasikan di dalam dunia pendidikan. Saya menjadi termotivasi untuk membaca buku hasil pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu: Pendidikan (1962) dan Kebudayaan (1967).

Sesi terakhir dari event ini diisi oleh Pandji Pragiwaksono (www.pandji.com), seorang tokoh muda, yang mengajak kaum muda Indonesia agar peduli perkembangan politik negeri ini. Catatan penting yang saya ambil dari presentasi Pandji adalah pergerakan selalu dimulai oleh kaum muda: 1908, 1928, 1945, 1966, 1998. 

"Kaum mudalah yang akan membangkitkan Indonesia", seru Pandji
 Presentasi dari Ridwan Kamil sungguh menarik buat saya. Oleh karena saya juga tertarik dengan bidang urban, apa yang disampaikan Kang Ridwan merupakan jawaban-jawaban atas permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di Indonesia. Indonesia Berkebun (www.indonesiaberkebun.org), sebuah gerakan penghijauan kota di lahan-lahan apapun yang tersedia melalui penanaman tanaman-tanaman yang dapat dikonsumsi, menjadi salah satu kegiatan yang diinisiasi oleh Kang Ridwan. Selain itu, Kang Ridwan juga menyampaikan sneak peek tentang proyek terbarunya untuk membuat penyewaan sepeda di dalam kota Bandung. Mungkin sama dengan konsep velolib di Paris.

Ridwan Kamil menjelaskan tentang The Happiness Index
Terakhir, presentasi Sujiwo Tedjo menutup event ini. Seniman yang terkenal dengan umpatan "djiancuuuk..." nya ini mempresentasikan tentang konsep matematika, mencari pola dalam ketidakaturan, yang diaplikasikan juga dalam seni musik ataupun puisi. Well, jujur saja saya agak kurang mengerti yang disampaikan beliau. Pemikiran beliau mungkin terlalu tinggi sehingga saya tidak sampai menggapainya, hehe.. 

Konsep matematika sedang dibawakan oleh Sujiwo Tedjo
Dapat saya konklusikan bahwa event TEDxBandung ini sangat menarik. Meskipun yang disampaikan berasal dari bermacam bidang, benang merah yang dapat ditarik adalah lakukanlah apapun yang berguna, yang tentu saja sesuai dengan passion kita, dan bermanfaat untuk lingkungan. Peka terhadap apa yang terjadi di sekitar kita merupakan awal untuk memulai usaha tersebut.

TEDxBandung benar-benar mem-mind blow saya. Ingin sekali ikut di event TED yang lain.