Thursday, July 28, 2011

Why Indonesian Goes to Mall

Besok hari Jumat.
Biasanya hari Jumat, saya & pacar jalan-jalan melepas penat setelah 5 hari bekerja.
Kemana tujuan kita? Mall.

Pernah ada kolega dari Paris bertanya, kenapa orang Indonesia suka sekali ke mall?

Kami jawab, karena kota-kota besar di Indonesia kebanyakan tidak punya sarana publik yang asik untuk ngumpul-ngumpul, seperti taman atau square, kecuali mall tersebut. Belum lagi ditambah polusi yang membuat jalan-jalan menjadi tidak nyaman. Trotoarnya pun tidak lebar. Pejalan kaki kadang harus berebut trotoar dengan pengendara motor.

Sebenarnya banyaknya mall sih tidak masalah asal diimbangi sarana penujang, seperti jalan atau public transport yang oke. Kecenderungan kota-kota besar di Asia Timur adalah membangun mall yang banyak (Singapura, Bangkok, dan Hongkong). Masalahnya public transport & jalanan di Jakarta tidak menunjang untuk jumlah mall sebanyak 170 buah!!!

Akhirnya beberapa minggu lalu Pemda DKI mengeluarkan moratorium pembangunan mall. Tidak ada lagi mall dibangun untuk sementara. Seperti biasa, pemerintah baru nyadar belakangan.

Saya yakin, suatu saat penduduk kota-kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta akan jenuh dengan mall. Mari kita buat konsep baru: buat taman-taman kota dimana warga bisa piknik dan nongkrong dengan nyaman.. apalagi kalo ditambah stage untuk live performance dan tempat pertujukan seni lainnya. Mau nonton pertunjukan, tidak harus ke TIM atau Salihara. Cukup di taman-taman kota.
Dijamin laku.

Wednesday, July 27, 2011

Lapindo Mud -> Mad!

Saya baru baca di media bahwa Pemerintah akan bayar korban Lapindo senilai Rp. 1.2 triliun!!

Mari berandai-andai, apabila pemerintah kita tegas, berhasil menekan PT Lapindo Brantas untuk bertanggung jawab atas tragedi Lumpur di Porong, maka duit sebesar 1.2 triliun yang jika diconvert ke dollar berarti sekitar 141 MUSD bisa dipakai untuk

Membiayai pemboran 24 sumur gas di Blok Mahakam, yang bisa memproduksi 18,7 kilo barrel oil perhari, yang dapat dijual seharga 650 juta USD..
Bayangkan returnnya.. keluar modal 141 MUSD, bisa dapat 650 MUSD. Berarti returnnya sebesar 4.6 kali..

Membantu nambah-nambahin dana Social Security Network atau SJSN penduduk tidak mampu yang dibudgetkan sebesar 588 MUSD. Dengan 141 MUSD, lumayan.. 20% telah tertutupi..

Kontribusi 10% untuk merenovasi Bandara Soekarno-Hatta yang baru (total budget Rp 11.7 triliun) atau kontribusi 8% untuk bangun MRT Jakarta tahap 1 (total budget Rp 16 triliun)


Source: 2.bp.blogspot.com
Yah, akan tetapi kasus ini kental sekali politisnya. Fenomena yang jelas-jelas diidentifikasi sebagai human-error (sudah dikonfirmasi oleh pakar perminyakan) malah diputarbalikkan menjadi bencana alam.

Saya iri melihat Barack Obama menekan British Petroleum untuk bertanggung jawab atas blow-out nya sumur di Gulf of Mexico :(

Sunday, July 24, 2011

Kisruh film Hollywood

Kementrian Keuangan (Kemenkeu) akhrinya mengizinkan Omega Film untuk mengimpor film-film Hollywod. Harry Potter 7.2 dan Transformer 3 akan tayang akhir bulan Juli ini. Siapa pula Omega Film ini? menurut penuturan Ilham Bintang, dalam akun twitternya @ilhambintang, ternyata Omega Film adalah perusahaan bentukan pemilik Cineplex 21, yang juga membawahi dua perusahaan importir film yaitu PT Camilla Internusa dan PT Satya Perkasa.

Kedua perusahaan pengimpor film tersebut diblokir tidak bisa mengimpor film lagi oleh Ditjen Bea Cukai karena menunggak bea masuk dan dendanya sebesar Rp 250 miliar. Wow, jumlah tersebut sekitar setengah dari jumlah subsidi BBM oleh pemerintah. Hal ini masih bagian episode kisruhnya film Hollywood di Tanah Air.

Pembentukan Omega Film ini adalah rekayasa para penunggak tersebut sehingga mereka dapat mengimpor kembali. Meskipun Kemenkeu sudah mengetahui hal ini dan mencekal Omega, akhirnya izin toh diberikan juga.

Ada dua isu dalam kisruh Film Hollywood ini. Pertama, penetapan tarif pajak film impor yang baru. Kedua, penyelesaian tunggakan bea masuk tersebut. Untuk isu pertama sudah terselesaikan. Pemerintah dan importir sepakat menggunakan dasar perhitungan baru yaitu berdasarkan durasi film. Sebelumnya besaran pajak didasarkan pada jumlah penonton film tersebut. Kalau filmnya laku, bayarnya besar, kalau sedikit penonton, ya sedikit pula pajaknya. Nah, berarti untung di importir dong, bisa mendatangkan banyak film. Dengan dasar perhitungan pajak yang baru, per durasi, importir akan lebih selektif mendatangkan film. Semestinya film-film yang diyakini banyak penggemarnya saja yang akan masuk. Hal ini juga memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi film-film nasional.
Isu kedua, ini yang berat, tidak jelas bisa terselesaikan atau tidak. Konon Kemenkeu mendapatkan tekanan dari orang-orang yang dekat dengan Cikeas saat mereka berkeras meminta pembayaran tunggakan bea masuk tersebut. Kita doakan saja supaya bisa terselesaikan.

Saya tidak bisa memberi solusi taktis atas masalah ini. Pasti kita semua ingin kembali menikmati film-film Hollywood dan negara tetap menerima pembayaran pajak dari para importir. Satu hal yang menurut saya penting, sebagai penikmat film hendaknya kita tidak egois. Jangan hanya karena tidak bisa menonton film-film Hollywood favorit, lantas kita marah-marah terhadap pemerintah. Menurut saya, mereka memang menjalankan tugasnya kok, yaitu menagih bea masuk/pajak film. Kedepannya diharapkan para importir taat membayar pajak. Malah jika importir tersebut kembali membandel, kita bisa stop menonton film di bioskop sebagai bentuk kepedulian kita terhadap penerimaan negara (ini agak terlalu ekstrim sih hehe..).
Selamat menikmati kembali film-film Hollywood...

Saturday, July 23, 2011

We Love The Country So Much

Beberapa minggu lalu, saya melihat interview Sri Mulyani Indrawati (SMI) dengan Charlie Rose, jurnalis Bloomberg. Banyak sekali informasi berguna yang saya dapatkan dari wawancara tersebut. Mulai dari isu-isu nasional, seperti preferensi masyarakat Indonesia terhadap partai politik hingga isu-isu internasional seperti kelangkaan pangan dan pergolakan di Arab.


Satu yang menarik perhatian saya dan bisa membuat saya berkata: "I feel you, Bu.." adalah saat Charlie Rose bertanya, "Kekuatan apa yang Anda miliki sehingga berani melakukan itu (perjuangan melawan korupsi) ?" SMI menjawab, "We love the country so much.."

Di negeri ini, ada kecenderungan mencurigai orang-orang yang dekat dengan asing, pernah bekerja di institusi asing, sekolah di luar negeri, atau punya hubungan dengan pihak asing, adalah orang-orang yang tidak nasionalis atau sudah menjadi antek-antek barat. Buat saya pribadi, itu tidak benar adanya. Hakikatnya, orang-orang yang pernah sekolah, bepergian, atau bekerja di luar negeri akan termotivasi untuk membangun tanah air karena mereka telah melihat hal-hal baik di negeri asing yang bisa diterapkan di Indonesia.

Saya sering backpacking ke luar negeri. Negara-negara yang saya kunjungi rata-rata lebih maju daripada Indonesia. Apakah saya jadi malas tinggal di Indonesia? Tidak. Justru malah semakin termotivasi berkontribusi untuk negeri ini. Bayangkan betapa puas dan bangganya apabila kita bisa membuat sesuatu yang kita cintai menjadi lebih baik, apalagi jika start from the the scretch.

Saya jadi ingin bertanya kepada para koruptor dan para pelanggar aturan, apakah sudah sebegitu hilangkah rasa cinta Anda pada negeri ini? Apakah tidak ingin melihat negeri ini semaju negara-negara maju lainnya?

Yaaah.. cinta memang subjektif.. :)

Subsidi BBM

Kemarin, 22 Juli 2011, akhirnya pemerintah membatalkan pencabutan subsidi BBM.

Jumlah subsidi BBM pada APBN-Revisi 2011 ini sebesar Rp. 592,08 milliar atau setara dengan USD 68 juta. Jikalau diconvert ke dalam BOE, duit USD 68 juta tersebut bisa menambah produksi minyak nasional sebanyak 9403 barrel/hari, yang mana nilai tersebut lumayan untuk mengejar target produksi kita sebanyak 970 ribu barrel/hari.

Pencabutan subsidi BBM ini juga berguna karena dananya dapat dialihkan untuk penambahan pembiayaan Sistem Jaringan Sosial Nasional (SJSN) yang sedang happening beberapa hari ini. SJSN, menurut Eks Menkes Siti Faadilah Supari, membutuhkan dana sebesar Rp. 40 triliun. Sebanyak 12,5% (memakai prosentase jumlah penduduk miskin Indonesia) dari Rp. 40 triliun tersebut, atau sekitar Rp. 5 triliun, akan ditanggung pemerintah untuk dialokasikan kepada penduduk miskin. Nah, duit sebesar 592 miliar tadi menjadi lumayan untuk mengurangi nomboknya pemerintah dalam proyek SJSN tersebut....

Selain untuk SJSN, dana subsidi BBM juga tentunya bisa dialihkan untuk proyek-proyek infrastruktur di ibukota maupun di daerah.
Murahnya BBM ini juga memberikan efek kepada konsumsi kendaraan di Indonesia. Dengan jumlah kelas menengah yang semakin meningkat di Indonesia, murahnya BBM ini menjadi pendorong penjualan mobil dan motor. Sebagai informasi, tingkat produksi mobil di Indonesia meningkat setiap tahunnya dan sekarang berada di posisi 760 ribu mobil per tahun, siap menyalip Thailand di 1 juta mobil per tahun. Bisa kita bayangkan, bagaimana nasib Jakarta jika penjualan mobil semakin meningkat...
Satu lagi, sebagai tambahan informasi, harga BBM di Indonesia ini ternyata paling murah diantara negara-negara ASEAN..

Tentunya, pencabutan subsidi ini tidak akan selalu happy ending bagi semua pihak. Dunia industri akan terpukul oleh pencabutan subsidi ini. Harga-harga akan naik, inflasi naik, biaya naik, growth melambat. Tapi efek samping ini sebenarnya dapat dikurangi dengan mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi yang masih menjerat Indonesia. Apa penyebab Ekonomi biaya tinggi di Indonesia? Korupsi dan birokrasi yang bertele-tele adalah beberapa contohnya.  

Kebijakan publik seperti subsidi BBM ini bukanlah suatu perkara yang mudah, tapi jika kita memimpikan suatu bangsa yang mandiri, kita harus berani untuk mengambil keputusan yang sulit dan terkadang painful.